Program 'Jumat Curhat' Polres Inhu: Apakah Ini Solusi Nyata atau Sekadar Agenda Seremonial?
INHU - Bro, lo pernah nggak sih ngerasa kalau ada jarak antara aparat keamanan dan masyarakat? Gue rasa ini masalah klasik di mana-mana. Nah, menarik nih melihat langkah yang diambil Kepolisian Resor (Polres) Indragiri Hulu (Inhu), Polda Riau, lewat program Jumat Curi Hati Masyarakat, atau yang lebih dikenal Jumat Curhat.
Gue dapet info, kayak yang kejadian di Masjid Ar-Rahim Rengat, Jumat 30 Desember 2022 lalu, banyak tokoh agama dan warga yang antusias dateng. Mereka diajak ngobrol, didengar keluhannya, dan bahkan dapet bantuan tunai (Rp 10 juta buat masjid). Pertanyaannya buat kita, sebagai warga dan pemilik blog yang kritis: Sejauh mana program kayak gini benar-benar efektif dan nggak cuma lip service?
Mari Kita Bongkar: Analisis Fungsi Sebenarnya Jumat Curhat
Menurut gue, program ini bukan sekadar rutinitas mingguan, tapi sebuah taktik komunikasi yang punya makna berlapis. Coba kita bedah, apa sih yang dicari Polisi lewat cara ini?
1. Mengubah Arah Komunikasi: Dari Perintah ke Mendengar
Dulu, Polisi sering dilihat sebagai institusi yang datang buat "mengatur" atau "menindak". Komunikasi bersifat satu arah. Program ini, seperti yang disampaikan PS Kasubsi Penmas Polres Inhu, Aipda Misran, fokus buat menyerap semua keluhan masyarakat.
Nilai yang Bisa Kita Ambil: Bayangin, Polisi yang nyamperin kita di tempat ibadah atau tempat kumpul. Ini ngasih sinyal kuat bahwa mereka mau turun ke level akar rumput. Ini harusnya jadi model buat institusi lain juga, Bro. Nggak perlu nunggu laporan resmi yang ribet, tapi buka telinga di lapangan.
2. Membangun Jembatan Kepercayaan Lewat Tokoh Kunci
Kenapa sih Polisi milih Masjid dan ngajak tokoh agama atau pemuka masyarakat? Jawabannya gampang: Trust. Tokoh agama itu highly respected di komunitas. Kalau Polisi bisa meyakinkan para tokoh ini, otomatis informasi dan pesan positif kepolisian akan lebih mudah menjangkau masyarakat umum.
Pertanyaan Buat Kita: Apakah di lingkungan lo, Polisi sudah menjalin hubungan baik sama tokoh kunci? Kalau belum, mungkin ini yang harusnya kita dorong, Bro. Karena trust itu nggak bisa dibeli, tapi harus dibangun pelan-pelan.
3. Komitmen dari Jajaran Pimpinan (Bukan Cuma Staf)
Di acara itu, yang hadir nggak main-main: ada Wakapolres, Kabag SDM, Kabag Ren, Kasat Binmas, Kasat Samapta, dan jajaran lain. Ini penting.
Ajak Pembaca Berpikir: Coba lo pikir, apa bedanya kalau yang datang cuma satu Bhabinkamtibmas sama datangnya seluruh Kabag? Jelas beda, Bro! Kehadiran top-level manajemen ini nunjukkin kalau masalah masyarakat itu dianggap serius, dan input yang didapat langsung didengar oleh pembuat keputusan. Ini meningkatkan rasa dihargai oleh warga.
Dampak Jangka Pendek vs. Tanggung Jawab Jangka Panjang
Jumat Curhat ngasih dua dampak yang harus kita lihat secara objektif:
Sisi Positif yang Instan:
- Bantuan Material: Uang tunai Rp 10 juta yang disalurkan ke Masjid Ar-Rahim (seperti yang dijelaskan oleh Misran) itu adalah bukti nyata goodwill. Ini bantu kebutuhan pembangunan masjid dan secara emosional, warga merasa diperhatikan.
- Kran Informasi Awal: Polisi dapet insight langsung soal hot issue lokal (misalnya ada maling motor baru, atau anak muda yang sering tawuran) yang belum sempat dilaporkan resmi. Ini data berharga, Bro.
Sisi Kritis (Yang Harus Kita Awasi):
- Ujian Tindak Lanjut: Ini poin paling penting, Bro! Lo sebagai warga, jangan cuma antusias di awal. Setelah curhat didengar, apakah masalahnya diselesaikan? Kalau Polisi cuma datang, ngangguk-ngangguk, bagi-bagi bantuan, terus nggak ada follow up soal keamanan, trust yang udah susah payah dibangun itu bakal ancur lebih cepat. Tanggung jawab Polisi itu ada di tindak lanjutnya.
- Jangan Sampai Salah Fokus: Bantuan itu bonus, Bro. Fokus utama harusnya di solusi keamanan. Kita sebagai pembaca harus bisa membedakan: mana agenda sosial, mana agenda penegakan hukum. Jangan sampai Polisi cuma diingat karena bagi-bagi bantuan, tapi nggak diingat karena sukses menekan kriminalitas.
Solusi dan Nilai yang Harus Kita Tuntut (atau Dorong)
Program ini bisa jadi superpower kalau dijalankan dengan benar. Berikut beberapa solusi dan nilai yang bisa kita ambil sebagai warga:
1. Tuntut Transparansi Tindak Lanjut
- Saran: Polisi harus bikin semacam papan pengumuman. Entah di media sosial mereka atau di kantor kelurahan: "Daftar Curhatan Jumat Lalu, Status Tindak Lanjut: [Sedang Diproses/Sudah Selesai/Masih Dalam Penyelidikan]"
- Nilai yang Kita Dapatkan: Ini namanya Akuntabilitas. Kita nggak perlu nebak-nebak, kita tahu kalau keluhan kita nggak diabaikan. Ini juga bisa jadi motivasi buat kita untuk ikut mantau.
2. Ajak Polisi Fokus ke Isu Lokal Spesifik
- Saran: Sebagai warga, saat curhat, jangan cuma ngomong yang umum. Kasih tahu isu yang spesifik di lingkunganmu. Apakah sering ada balap liar di jalan X? Apakah ada toko yang sering kemalingan?
- Nilai yang Kita Dapatkan: Solusi yang diberikan Polisi jadi tepat sasaran. Mereka nggak buang-buang energi patroli di tempat yang aman.
3. Kita Sendiri Harus Aktif (Bukan Pasif)
- Saran: Program ini namanya Jumat Curhat, bukan Jumat Minta Solusi Instan. Kita harus sadar, keamanan itu tanggung jawab bersama. Kita harus dukung Bhabinkamtibmas yang ditugaskan follow up.
- Nilai yang Kita Dapatkan: Komunikasi dua arah itu nggak bisa dipaksakan dari satu pihak. Kalau Polisi udah membuka diri, kita juga harus aktif menjaga lingkungan dan memberi informasi yang akurat.
Penutup Diskusi dari Aku:
Program Jumat Curhat Polres Inhu ini adalah awal yang bagus, Bro. Ini menunjukkan ada niat baik untuk nimbrung dan menyentuh hati masyarakat. Ujian sebenarnya adalah apakah niat baik ini diiringi dengan komitmen nyata dalam penyelesaian masalah. Kita sebagai pembaca dan warga, harus kritis. Ambil nilai-nilai positifnya (seperti komunikasi dua arah yang terbuka), tapi jangan pernah berhenti menuntut akuntabilitas dan solusi jangka panjang. Intinya: jangan cuma seneng dapet bantuan, tapi tuntut rasa aman yang permanen. Gimana menurut lo, Bro?

Posting Komentar
0 Komentar